Ketika
Sebuah Karya Seni 3D Membuka Ruang Dialog dengan Audiensi
Bermain Bersama, Karya Seni Rupa -
Interaktif
Hiruk pikuk
rutinitas bekerja dari rumah dan bersosialisasi di zaman medsos saat ini kadang membuat kita bosan dengan keadaan.
Pembatasan kegiatan akibat Pandemi juga turut mengekang kebebasan kita
berekspresi di ruang – ruang publik. Keadaan ini memicu kita mencari
penghiburan dengan berbagai hobi individual yang memungkinkan tetap bergerak.
Bermain adalah salah satu alternatif yang cukup menyenangkan manusia.
‘Bermain memang
aktivitas yang identik dilakukan oleh anak-anak. Namun ternyata mereka yang
sudah dewasa juga butuh bermain. Tak sekadar menghabiskan waktu luang, ada
manfaat lain yang didapatkan orang dewasa dari bermain. Seperti yang
diungkapkan Psikolog Anna Surti Ariani. Menurut Anna ada beberapa manfaat
bermain bagi orang dewasa. Dapat membuat badan lebih sehat. “Terutama ketika
melakukan permainan-permainan yang bentuknya seperti olahraga,” kata Anna. Bermain
juga bisa menjadi sarana mengekspresikan emosi karena seseorang melakukan
kegiatan yang dapat membuatnya tertawa girang hingga berteriak penuh semangat’.
(REDAKSI24.COM– Hendra 25/07/2020)
Karya Seni Interaktif
Seni interaktif
dalam seni rupa adalah seni yang melibatkan pengunjung untuk membentuk image, mengisi
ruang atau bermain sehingga memungkinkan kegiatan tersebut mencapai tujuannya.
Beberapa seni instalasi membiarkan penonton berjalan atau berinteraksi
langsung, yang lain meminta penonton untuk berdiri di sudut tertentu dan
menjadi bagian dari karya seni tersebut. Beberapa lagi membiarkan penonton
mengalami sensasi dengan melakukan kegiatan tertentu.
Dengan membuat
karya interaktif, secara tidak langsung akan melibatkan pengunjung, dan nilai
historis yang ditampilkan ketika berinteraksi akan menjadi lebih menarik.
Tentunya kenangan yang diabadikan melalui kamera secara tidak langsung akan
mempromosikan dan menaikan nilai dari karya seni tersebut. Pada zaman media
sosial sekarang ini kegiatan tersebut akan diposting di media sosial, entah
berupa photo, video / gambar bergerak. Dan tentunya mempromosikan keunikan dari
prinsip interaktif yang ditampilkan.
Karya Instalasi Interaktif
Tezi Gabunia, ‘Put
Your Head Into Gallery’ (2016)
Dilansir dari mymodernmet.com, Minggu (29/5/2016), Tezi Gabunia, seorang seniman yang baru saja membuat sebuah instalasi seni interaktif, memungkinkan Anda untuk merasakan sensasi berbeda ketika mengamati karya seninya.
Melalui
empat model miniatur berbeda dari beberapa galeri paling terkenal di dunia,
Tezi melibatkan pengunjung sebagai bagian dari karya seninya. Yakni dengan cara
memasukkan kepala ke dalam sebuah boks instalasinya.
Instalasi ini dibuat dengan menggunakan teknologi laser cutting dan PVC, serta plexiglass.
Proyek ini
menampilkan empat miniatur dari Saatchi Gallery, The Louvre, Tate Modern,
dan
Gagosian Gallery dan ini adalah hasil karya dari Tezi, Peter Paul
Rubens, Damien Hirst, serta Roy Lichtenstein.
Be a Pin Up: Instalasi Pin up Interaktif oleh Lulu Guinness
Jika Anda adalah seorang anak di
tahun 80-an, Anda akan ingat mainan pin art yang menyenangkan di mana Anda
dapat membuat kesan tentang diri Anda sendiri. Be a Pin Up adalah instalasi
manis dari desainer Lulu Guinness yang membuatnya selangkah lebih maju.
Instalasi menarik ini dibuat untuk Clerkenwell Design Week, di mana pengunjung dapat membuat potret mereka sendiri. Kerangka pin raksasa ini terletak di depan St John's Gate, landmark London yang ikonik. Ini memungkinkan publik membuat potret tubuh berukuran penuh menggunakan 6.000 pin aluminium berlapis krom. Benar-benar menyukai instalasi yang sepenuhnya interaktif ini. Sekarang pertanyaannya adalah, jika Anda memiliki kesempatan, bagaimana postur pin-up Anda? (sumber: boredpanda.com)
Ieva Elvyra - Penulis
Anggota komunitas
Orang-orang menyukai hal-hal yang
secara nostalgia mengingatkan mereka akan masa kecil mereka: desainer kopling
Lulu Guinness telah mengetahuinya, dan mengubah mainan dari tahun 80-an menjadi
instalasi interaktif raksasa. Untuk Clerkenwell Design Week 2011 di London, dia
membuat layar pin setinggi 2 meter dengan 6.000 pin capped, di mana orang dapat
membuat potret mereka sendiri.
Karya Patung Interaktif LED
‘As
We Are’ karya Matthew Mohr (2017)
|
|
‘As We Are’ adalah patung interaktif setinggi 14 kaki oleh seniman Matthew Mohr. Karya berbentuk kepala
itu adalah proyeksi dari pengunjung yang merekam wajahnya dalam ruang di dalam
patung tersebut yang terhubung dari pintu di belakang kepala. Ada 24 pita
horizontal layar LED yang membungkus bentuk kepala tersebut. Monitor membungkus
hampir 360 derajat di sekeliling bentuk tersebut dan hanya menyisakan bidang
kecil sebagai pintu masuk di bagian belakang otak kecil.
|
|
Patung itu
dipasang di Pusat Konvensi Greater Columbus pada 7 Desember 2017, tempat umum
yang disiapkan untuk pengunjung yang ingin melihat wajah mereka diproyeksikan
lebih dari dua kali tinggi mereka. Penampilannya mencerminkan beberapa patung
publik yang berpusat pada tubuh, yaitu replika kepala Franz Kafka di Praha yang
diberi pita oleh David Cerny, dan Air Mancur Mahkota Chicago oleh Jaume Plensa
yang juga menampilkan pemeran wajah yang berputar di serangkaian layar LED.
|
|
|
Gambar di
atas tengah, adalah pintu masuk ke dalam ruang digital yang merekam wajah /
rupa seseorang kemudian secara langsung akan diproyeksikan ke luar layar ,
sehingga si pengunjung masih ada waktu untuk ber”swafoto” bersama kepalanya
sendiri.
Gambar sebelah
kanan adalah Modul dari head sculpture yang di setting di studio dengan
beberapa tenaga ahli di bidang layar LED sebelum ditampilkan di ruang publik.
Patung Batu Bata yang Luar Biasa oleh Brad Spencer
Patung
Batu Bata yang Luar Biasa oleh Brad Spencer
Banyak karya pematung bermain-main dengan penggunaan arsitektural material, merujuk tujuan konvensionalnya dengan memasukkan dinding atau semacam pembatas umum persegi panjang. Dari struktur dasar ini muncul sosok tiga dimensi Spencer. Seniman menggunakan teknik relief, pertama-tama mengerjakan tanah liat yang tidak dikeringkan untuk mengukir sosoknya dalam pola batu bata. Dia kemudian mulai menembakkan potongan-potongan itu satu per satu dan memasang batu bata di lokasi pajangannya.
Spencer mengatakan tentang bahan pilihannya: “Patung batu bata dapat berasal dari zaman Babilon kuno tetapi tetap merupakan peningkatan yang segar dan menarik untuk bangunan, dinding, atau lingkungan apa pun. Media bata memiliki semua karakteristik yang sama dari keawetan dan perawatan yang rendah seperti bangunan batu bata, berpadu dengan baik dalam pengaturan di mana terdapat konstruksi bata lain, terlihat bagus dengan lansekap dan memiliki keakraban yang nyaman bagi orang. ”
Mengingat karya Tugas Akhir saya yang akan diangkat adalah mengenai patung publik interaktif, saya mengambil karya publik dari pematung Zenos Frudakis dengan judul ‘Freedom Sculpture’ sebagai bahan yang coba saya bedah sehingga kiranya ada korelasi nanti dengan tema yang akan saya angkat di Karya akhir saya.
Hal yang menarik adalah rencana karya saya juga merupakan patung dengan beberapa figur yang menampilkan satu kesatuan dan membentuk suatu tema tertentu. Sebagai pematung yang memiliki masa kecil yang kurang menarik dengan patung publik (saya sering melarikan diri bila melewati perkantoran yang ada patung ibu menggendong anak. Mungkin karena memang tampang ibu pada patung itu cukup mengerikan terlihat dari tatapan mata dan raut mukanya). Membuat patung interaktif adalah suatu cara untuk membalikan keadaan sehingga anak-anak dapat lebih dekat, bila perlu dapat bermain dengan patung – patung di taman terbuka dengan bebas.
‘Freedom
Sculpture’ (Patung
Kebebasan)
Ukuran:
panjang 20 kaki x tinggi 8 kaki
Berat:
7.000 pound
Media:
Perunggu
Pematung:
Zenos Frudakis
Peresmian:
18 Juni 2001
Lokasi:
16th and Vine Streets, Philadelphia, Pennsylvania
Freedom Sculpture adalah karya tahun 2001 yang dirancang oleh Zenos Frudakis, yang terletak di Philadelphia. Potongan perunggu seberat 7.000 pon, 20 kaki, menggambarkan perjuangan yang terlibat dalam melepaskan diri dari semua yang menahan kita (problem manusia secara umum). Zenosfrudakis.com
Maryam Rana Blogger (Estetika Minggu, 8 Mei 2016 - Kebebasan oleh Zenos Frudakis)
Di bawah ini adalah tanggapan Maryam Rana Blogger (setelah membaca informasi yang lebih lengkap tentang pematung dan karyanya) yang menuliskan tentang patung kebebasan di blognya :
Karya ini menarik bagi saya
karena merupakan satu ukuran untuk semua. Tema yang coba ditampilkan Frudakis
adalah tema universal. Gagasan untuk membebaskan diri dapat diterapkan pada
hampir semua aspek kehidupan, mulai dari budak Afrika-Amerika yang mencoba
melarikan diri dari diskriminasi hingga transgender yang mencoba melepaskan
diri dari standar sosial. Saya percaya setiap orang harus mengambil lompatan
dan membebaskan diri dari masalahnya. Orang seharusnya tidak menjalani hidup
mereka dalam ketakutan. Selain itu, mereka tidak boleh memenuhi harapan
masyarakat. Setiap orang harus menjalani hidup seperti yang mereka inginkan.
Karya ini juga berbicara kepada saya karena mewakili kekuatan seni. Melalui proses
yang memakan waktu, seniman mampu menggambarkan kebenaran universal yang
bersifat universal dan abadi. Seseorang tidak perlu tahu bahasa apa pun untuk
memahami pesan yang disampaikan Frudakis di Freedom. Siapapun dapat melihat
bahwa itu adalah pria yang mencari kebebasan. Orang tidak hanya dapat
menghargai karya ini selama Frudakis masih hidup, tetapi juga setelah
kematiannya. Dia akan dikenang melalui karyanya. Oleh karena itu, ide indah ini
dapat diapresiasi oleh banyak generasi yang akan datang. Satu hal yang menurut
saya sangat indah tentang karyanya adalah bahwa patung itu tanpa gender,
membuatnya semakin universal.
"Saya ingin membuat patung, hampir semua orang, apa pun latar belakangnya, dapat melihat dan langsung menyadari bahwa ini adalah tentang gagasan berjuang untuk membebaskan diri. Patung ini tentang perjuangan untuk mencapai kebebasan melalui proses kreatif." - Zenos Frudakis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar